kalamhidup.com Ajaran sesat sudah eksis sejak zaman gereja mula-mula. Surat 2 Yohanes yang ditulis oleh rasul Yohanes sekitar tahun 85-95 M dan ditujukan ke berbagai gereja di propinsi Asia (Why. 1:11) telah menunjukkan hal itu. Bahkan kitab Yudas yang ditulis jauh sebelumnya (sekitar tahun 70-80 M) sudah mendeteksi munculnya ajaran sesat yang menyusup di sekitar gereja di Yerusalem.
Dari Yerusalem ajaran sesat lalu berkembang dan menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sejak kemunculannya, para rasul telah menyadari dampak buruknya terhadap iman Kristen. Itulah sebabnya para rasul memperingatkan gereja agar berhati-hati dan waspada supaya tidak termakan tipu muslihat pengajar sesat. Akan tetapi meskipun “dihadang” oleh rasul-rasul dan kemudian juga tokoh-tokoh gereja di sepanjang sejarah, namun ajaran sesat terus tumbuh subur dan berkembang bagaikan jamur di musim hujan.
Penyebarannya yang luas harus disikapi secara sungguh-sungguh karena ajaran sesat memang berbahaya dan menjadi ancaman serius bagi gereja Tuhan. Kehadirannya jelas merongrong kekristenan, potensial merusak iman Kristen, merusak ajaran yang sehat (alkitabiah) karena mengajarkan Yesus yang lain.
Syukur kepada Allah, Surat 2 Yohanes dan Yudas sudah memberi peringatan dini agar warga gereja waspada dan mengenal: apa dan siapa ajaran sesat itu, apa ciri dan pergerakannya, apa ajarannya, dan bagaimana strategi menghadapinya.
APA DAN SIAPA AJARAN SESAT
Surat 2 Yohanes1:7 menyebut dalang dari munculnya ajaran sesat adalah antikristus. Sebutan antikristus menunjuk kepada sebuah kelompok (bukan pribadi). Pergerakkannya terorganisir dengan banyak anggota/pengikut, seperti disebutkan ‘banyak antikristus yang telah bangkit’ (1 Yoh. 2:18). Dalam Alkitab sebutan antikristus itu disematkan kepada siapa saja yang ‘menyangkal baik Bapa maupun Anak’ (1 Yoh.2:22), atau mereka yang ‘menolak Yesus sebagai Allah yang berinkarnasi’ demi menyelamatkan manusia (1 Yoh 4:9).
Berkembangnya ajaran sesat tentu potensial merusak asas iman Kristen. Siapapun dan apapun bentuk penolakan terhadap ketuhanan Yesus harus dicurigai sebagai pekerjaan “Iblis atau setan” (Wah.12:9) yang bekerja melalui kaki tangannya. Terkait keberadaan ajaran sesat, Alkitab Perjanjian Baru dengan tegas menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pekerjaan setan ataupun roh jahat dengan munculnya ajaran-ajaran sesat. Hal inilah yang dimaksudkan oleh rasul Paulus dalam 1 Timotius 4:1: “Tetapi roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, akan ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.
Keterkaitan ini juga disinggung oleh Stephen Tong yang mengatakan “Jika sesuatu hal terlihat berusaha untuk mengacaukan kebenaran, maka dibelakang gagasan itu pasti suara setan yang bekerja untuk mencapai tujuan yang tidak benar. Suara setan adalah suara yang mengacaukan pengertian dan kebenaran dan hal ini menjadi fokus pekerjaan setan setiap saat (Stephen Tong: 2010). Jika dicermati sifat dan ciri ajaran-ajaran sesat, maka menjadi jelas bahwa penyelewengan dan penyesatan yang mereka ajarkan merupakan upaya pemutarbalikan firman Tuhan dengan subjek ajarannya: Yesus yang berbeda dari Alkitab.
SIASAT DAN PERGERAKANNYA
2 Yohanes 10 menyatakan bahwa siasat para penyesat adalah menyesatkan orang percaya dengan menawarkan ajaran tentang Yesus yang lain. Gerakannya terorganisir dengan sasaran luas yang berorientasi global (2 Yoh. 7). Sejak kejatuhan manusia pertama Adam dan Hawa di Taman Eden (Kej. 3), penyesatan yang dikerjakan setan terus berlangsung hingga kini. Modusnya adalah memanipulasi firman Tuhan seperti juga dilakukan pada saat Iblis mencobai Yesus di padang gurun (Mat.4).
Di Taman Eden Iblis berhasil menipu Hawa. Namun di padang gurun, Yesus berhasil mematahkan tipu daya Iblis secara telak firman Tuhan. Penyebab kekalahan di Taman Eden adalah karena Adam dan Hawa tidak taat dan tidak berpegang teguh pada firman Tuhan. Sedangkan Yesus menang di padang gurun karena Yesus kokoh berpegang teguh pada firman Tuhan.
Stephen Tong menjelaskan kelicikan dan penipuan setan sebagai berikut: “Jikalau setan memakai cara yang menakutkan, pasti saudara ketakutan. Setan yang demikian adalah setan yang bodoh karena cara itu membuat manusia selalu lari dari setan dan tidak mau diganggu. Tetapi justru setan tetaplah setan dengan segala kelicikkannya. Setan selalu bergerak dengan licik, seperti, memalsukan orang-orang baik, nabi yang baik, rasul-rasul, bahkan Kristuspun mereka palsukan. Para penyesat bergerak menggunakan topeng sehinga terlihat seperti orang-orang suci. Alkitab mengatakan ada nabi palsu, rasul palsu dan ada Kristus palsu” (Stephen Tong: 2010).
Kepada jemaat di Korintus yang merupakan buah sulung pelayanannya, Paulus menulis, “Tetapi aku takut, kalau-kalau kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Korintus 11:3). Lebih lanjut dalam 2 Korintus 11:4 Paulus memperingatkan gereja tentang akan munculnya para pengajar sesat, “sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima, atau injil yang lain daripada yang telah kamu terima”.
Peringatan Paulus di atas menjelaskan tiga hal: (1) Si penyesat mengajarkan atau memberitakan “Yesus yang lain”, (2) mereka yang menerima berita yang menyesatkan ini menerima “Roh yang lain” dari yang telah mereka terima sebelumnya, dan (3) mereka menerima “Injil yang lain” dari Injil yang benar. Kelicikkan para para penyesat tampak melalui siasat yang disodorkan dengan menawarkan Yesus yang lain. Setan sepertinya melihat ada celah/peluang untuk mengecoh orang percaya karena yang disodorkan tetap sosok “Yesus” sehingga orang percaya yang tidak cermat dan tidak berakar dalam kebenaran akan mudah tertipu.
STRATEGI MENGHADAPI AJARAN SESAT
Kitab 2 Yohanes memberikan sedikitnya dua nasihat/strategi penting menghadapi guru-guru palsu dengan ajaran sesatnya.
Pertama, hidup dalam kebenaran. Dalam ayat 4 dikatakan, “Aku bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu ‘hidup dalam kebenaran’ sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa”. Ayat ini menyatakan bahwa ‘hidup dalam kebenaran’ adalah perintah Allah.
Dalam 2 Yohanes 1-4 terdapat tiga sikap mengenai kebenaran yang seharusnya melekat dalam diri orang percaya: (ay.1) Mengenal kebenaran, artinya orang percaya harus paham dan tahu apa itu kebenaran. (ay.2) Menetap dalam kebenaran, artinya berpegang teguh kepada kebenaran, tidak mudah goyah oleh angin pengajaran sesat. (ay.3-4) Berjalan dalam kebenaran, artinya hidup berjalan dalam kebenaran atau tidak menyimpang dari kebenaran. Pertanyaan pentingnya adalah apa itu kebenaran?
Definisi Alkitab mengenai kebenaran sangatlah jelas: (1) Yesus adalah kebenaran itu sendiri. Yohanes14:6 mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (2) Injil adalah kebenaran. Roma 1:16-17 menyatakan bahwa Injil adalah kebenaran yang memimpin kepada iman, sehingga orang benar akan hidup oleh iman. (3) Firman Tuhan (Alkitab) adalah kebenaran. Yoh.8:31-32 mengatakan, “Jikalau kamu tetap di dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”.
Jadi strategi menghadapi ajaran sesat adalah hidup dalam kebenaran yakni hidup selaras dengan nilai-nilai firman dan mengamalkan ajaran Kristus. Orang yang tidak hidup dalam kebenaran akan mudah menjadi mangsa empuk si Iblis. Pertahanannya akan mudah digoyakan dengan ayat-ayat yang dipelintir. Di Taman Eden (Kej.2:16-17), hanya dengan sedikit memelintir firman Tuhan, Hawa yang tidak menghidupi firman Tuhan dalam dirinya langsung terperdaya. Seandainya Hawa hidup dalam kebenaran sama seperti Yesus yang tetap hidup/tinggal dalam kebenaran ketika dicobai Iblis (Mat.4), maka Hawa dipastikan tidak akan terperdaya dan jatuh kedalam dosa.
Dengan modus operandi yang sama seperti di Taman Eden, gereja dituntut mawas diri. Karena sepanjang sejarah gereja, para penyesat telah melahirkan banyak bidat-bidat, dan sebagian masih eksis hingga kini, sebut saja antara lain “saksi-saksi Yehuwa”. Hanya ada satu cara menghadapi mereka, gereja harus membentengi dan membekali umatnya dengan pengajaran firman Tuhan sehingga memiliki pertahanan yang kuat menghadapi ajaran sesat.
Orang percaya yang berakar dalam firman (kebenaran) akan selalu berkemenangan karena mampu membedakan mana ajaran benar dan mana ajaran sesat. Kebenaran yang tertanam dalam hati akan menjadi alarm tanda bahaya yang akan berbunyi manakala terdeteksi munculnya ajaran sesat, karena kebenaran alkitabiah menjadi barometer tertinggi dalam menakar benar tidaknya sebuah pengajaran (band. Maz. 119:105).
Kedua, hidup dalam kewaspadaan. Dalam 2 Yoh.8 dikatakan, “Waspadalah supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan…” Kewaspadaan memang dituntut karena penyesat itu jumlahnya banyak (2 Yoh. 7). Artinya mereka punya gerakan yang kuat, mereka juga pasti terdidik dalam pengajaran sesat, punya strategi khusus dan pergerakannya juga masif. Maka pesan Yohanes dengan kata “waspadalah” merupakan sebuah warning agar orang percaya berjaga-jaga setiap saat, tidak menganggap remeh ajaran sesat, memeriksa & mengamati diri sendiri supaya tidak lengah dan masuk ke dalam perangkap guru-guru sesat.
Pesan Yohanes dalam (ayat 7-11) terkait kewaspadaan berisi tiga nasihat bernada perintah: (1) Kenali ajarannya, jika mereka tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan yang datang ke dunia dan menjelma menjadi manusia, maka jelas itu adalah ajaran sesat. (2) Ketika ajaran sesat sudah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu, dan (3) jangan pula memberi salam kepadanya. Tiga nasihat Yohanes di atas harus diingat dan menjadi pegangan manakala kita didatangi pengajar sesat.
Intinya adalah jangan sekali-kali memberi kesempatan atau peluang kepada pengajar sesat untuk menjelaskan ajarannya. Karena hal itu sangat berbahaya lebih-lebih bagi mereka yang tidak berakar di dalam firman Tuhan. Peristiwa kejatuhan Hawa di Taman Eden adalah contoh betapa berbahayanya jika Iblis diberi waktu, perhatian, dan kesempatan. Sebaliknya contoh yang kontras dengan Hawa adalah kemenangan yang dialami Yusuf ketika digoda oleh istri Potifar. Kunci kemenangan Yusuf yang mebuatnya terhindar dari dosa adalah karena ia lari dan tidak memberi peluang sedikitpun melayani keinginan istri Potifar yang telah dirasuk nafsu setan.
AJARAN SESAT SELALU MEMBAYANGI AJARAN BENAR
Fakta sejarah menunjukkan bahwa eksistensi ajaran sesat terus membayangi gereja sepanjang abad. Ancaman dari bidat-bidat ibarat hantu yang terus bergentayangan di dalam dan di sekitar gereja. Tuhan Yesus pernah mengungkapkan sepak terjang para penyesat lewat perumpamaan tentang lalang di antara gandum (Mat.13:24-26). Tuhan Yesus mengumpamakan ajaran-ajaran sesat itu seperti benih lalang yang ditaburkan musuh di antara benih gandum yang baru ditaburkan. Pada awalnya akan sulit membedakan antara benih gandum & benih lalang yang baru tumbuh. Namun lambat tapi pasti pada akhirnya akan terlihat dengan jelas mana yang gandum dan mana yang lalang.
Perumpamaan ini sesungguhnya menjelaskan satu keadaan yang terjadi di dalam dunia penaburan Firman Allah yaitu: (1) Di mana firman Allah ditabur di situ juga Iblis akan menabur. (2) Di mana hamba-hamba Tuhan menabur firman Tuhan, di situ juga hamba-hamba Iblis menabur ajaran sesat. (3) Di mana kebenaran bertumbuh, di situ juga kesesatan bertumbuh. Dengan fakta seperti itu, maka sebagai orang percaya kita diberi tugas agar waspada setiap saat dan jangan lengah.
Bersyukur Surat 2 Yohanes telah membekali kita dengan senjata yang mumpuni agar berkemenangan yakni: Tetaplah pegang teguh kebenaran yaitu firman Tuhan, jangan lengah tetapi tetap waspada dan jangan memberi kesempatan kepada pengajar-pengajar sesat, jauhi dan hindari mereka. Jika pesan dan nasihat-nasihat ini diejawantahkan dalam hidup sehari-hari, percayalah kita akan berkemenangan menghadapi pengajar-pengajar sesat. Amin.
YUPITER SEPAYA
Sumber:
- Tong, Stephen, Roh Kudus, Suara Hati dan Setan (Jakarta: LRII, 1977).
- Silalahi, Maurits, Kuasa Yang Memberi Kemenangan (Bandung: Kalam Hidup, 2015).