Awal Pembentukan Karakter Anak
Kekerasan terhadap anak di era kini menunjukkan eskalasi yang terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan mendapat pengaduan sebanyak 2.316 laporan kasus anak periode Januari-Juni 2021 atau selama pandemi COVID-19 tahun lalu. Dari aduan tersebut terdapat 419 laporan di lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, seperti korban perceraian dan perebutan hak asuh (sumber: https://tirto.id/ghYq). Angka kekerasan di lingkup keluarga di atas jelas mengindikasikan adanya persoalan serius dalam pola asuh dan pembinaan anak di tengah keluarga. Rumah seharusnya menjadi tempat pertama penyemaian nilai-nilai hidup, namun ketika orangtua sebagai pendidik pertama gagal menjalankan peran sebagai figur teladan yang berjiwa edukatif, maka anak akan cenderung lari ke luar dan rentan terkontaminasi nilai-nilai yang menyimpang dari kepatutan yang berpengaruh besar pada karakter anak
Dalam kaitan pentingnya penanaman nilai di lingkup keluarga demi pembentukan karakter anak yang sehat dan unggul, Narramore, memberi pesan melalui sebuah buku rohani bahwa, “keluarga adalah jantung masyarakat, karenanya faktor kestabilan dalam rumah tangga sangat menentukan stabilitasnya suatu masyarakat dan bangsa” (Narramore, 1998: 64). Artikulasi maknanya adalah, orangtua seharusnya menjadikan rumah sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak, karena kalau tidak maka akan muncul generasi bermasalah yang akan menjadi beban di tengah keluarga, gereja, masyarakat, dan bangsa. Itulah sebabnya sangat penting bagi orangtua untuk mengajarkan nilai-nilai dalam bingkai kebenaran karena hal itu secara signifikan memberi pengaruh positif bagi terbentuknya karakter anak yang adiluhung.
Moral dan Karakter Anak
Dewasa ini banyak orang dibuat bingung ketika melihat dekadensi moral anak yang kerap muncul dalam ekspresi negatif yang merusak dan memalukan keluarga. Sebagian orang menuding “keduniawian” atau salah gaul sebagai biang keladinya. Namun, ketika menyoroti merosotnya moralitas anak dalam konteks apapun, maka sorotan pertama mestinya diarahkan ke rumah. Buku rohani karya Stanley Heath, menyentil dengan keras bahwa, “persoalan yang timbul dalam kehidupan seorang anak merupakan bukti kegagalan orangtua membentuk dan mendidik anak” (Heath 2005, 9). Cole, juga membenarkan bahwa, “Sebagian besar kekerasan dan perilaku buruk anak yang melanggar kaidah-kaidah moral umum, itu dimulai di rumah” (Edwin Louis Cole, 2008: 19). Intinya, anak-anak yang bertumbuh tanpa pengaruh positif dan kuat dari orangtuanya akan rentan terpapar corak kehidupan dengan kualitas karakter yang rendah.
Indeks Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan/kegagalan orangtua sebagai pendidik pertama amat ditentukan oleh integritas mereka di hadapan anak-anaknya. Neumann, mengutip James Dobson dalam buku rohani The Strong-Willed Child mengatakan,
“Bagaimana anak-anak itu memandang kepemimpinan orangtua, mewarnai hubungan mereka dengan guru-guru, kepala sekolah, tetangga dan pimpinan mereka. Kalau anak tidak belajar patuh kepada orangtua, bagaimana mereka bisa patuh kepada Tuhan? Bila mereka tidak menuruti petunjuk-petunjuk kita, bagaimana mereka bisa menghormati para guru dan pemimpin mereka? Siapa yang mengajar mereka kalau bukan kita?” (Connie Neumann, 2009: 20).
Perspektif di atas memberi petunjuk bahwa degradasi karakter anak merupakan buah dari inkonsistensi orangtua dalam menjalankan perannya terutama dalam menetapkan batas-batas dan aturan bagi anak-anaknya. Itulah sebabnya Neumann, lebih jauh mengatakan, “Bila Anda meletakkan batasan-batasan yang jelas untuk setiap tindakan dan semuanya didasarkan pada kasih, kontrol diri, dan kesadaran akan konsekwensi, maka Anda sesungguhnya telah menanamkan dalam diri anak Anda suatu penghormatan akan otoritas Anda seumur hidupnya” (Neumann, 2009: 29). Ini artinya orangtua menjadi faktor kunci dalam tumbuh kembang dan sehatnya karakter dan moralitas anak. Tantangannya adalah adakah keinginan dari setiap orangtua untuk tampil sebagai guru dan sebagai sosok teladan yang menjadi panutan bagi anak-anaknya?
Orangtua ideal?
Menjadi orangtua yang ideal memang tidaklah mudah karena banyak tantangan dan tanggung jawab yang harus diemban. Namun, Anda tidak usah berkecil hati karena ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membekali diri agar menjadi orangtua yang bertanggung jawab di sela kesibukan. Salah satunya adalah dengan membaca buku rohani. Kalam Hidup sebagai penerbit buku rohani Kristen terkemuka di Indonesia telah banyak menerbitkan buku rohani dengan tema pembinaan keluarga. Bacalah buku-buku rohani tersebut, maka pengetahuan akan bertambah, iman bertumbuh, dan keluarga Anda diberkati. Berikut ini ada beberapa buku keluarga yang kami rekomendasikan bagi para orangtua hebat.
Salam: Yupiter Sepaya
















