Perkataan memiliki kuasa untuk mengubahkan
Pernahkan terpikir dalam benak kita bahwa perkataan itu memiliki kuasa? Jika perkataan manusia saja memiliki kuasa apalagi Firman Tuhan.
Dalam dunia pekerjaan saat ini ada satu jenis pekerjaan yang modalnya hanya perkataan. Meskipun tampaknya sederhana tapi dapat membuat yang bersangkutan tajir melintir? Ya, itulah Influencer. Modalnya dapat berbicara untuk meyakinkan orang dengan perkataan. Contohnya Indra Kenz atau Indra Kesuma dari Medan.
Kuasa Perkataan dari seorang Influencer
Sebenarnya apa itu Influencer? Influencer adalah serapan dari istilah bahasa inggris yaitu influencers, istilah ini termasuk bagian dari bahasa gaul karena sering digunakan oleh anak muda atau remaja di media sosial, yang kemudian menyebar luas sehingga menjadi kata yang sering digunakan. Influencer secara harfiah artinya orang yang bisa membawa pengaruh di dunia maya.
Jadi, Influencer bisa diartikan sebagai para ahli di bidangnya atau sosok yang terkenal, yang sering menyuarakan pendapat mereka secara terbuka bagi para followers nya di media sosial. Istilah ini sering merujuk kepada mereka yang memiliki jumlah followers (pengikut) online yang besar, dan punya pengaruh yang luas, seperti artis, selebgram, blogger, youtuber, dan lain sebagainya. (Wikipedia Indonesia) Indra Kenz adalah salah satu contohnya. Ia merupakan influencer yang menjadi afiliator aplikasi investasi bodong Binomo. Ia dijuluki warganet sebagai “crazy rich” atau orang kaya yang bergelimang harta dari Medan. (tirto,id).
Menjadi Influencer menggunakan Kuasa Firman Tuhan
Jika kita membaca sejarah Alkitab, khususnya Kitab Kejadian, kita menjumpai Iblis sebagai influencer pertama yang handal. Ia berhasil mengecoh Adam dan Hawa dengan perkataannya sehingga manusia jatuh dalam dosa. Iblis memelintir Firman Tuhan dan memakai itu untuk menjebak manusia pertama.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya dalam kehidupan berjemaat, ada kalanya orang berkata sinis bahwa Gembala itu modalnya hanya “Abab”. Apa artinya? Dalam bahasa jawa Gembala itu modalnya “Omongan/ucapan.” Mungkin bagi para gembala pernyataan ini terasa menyakitkan, tetapi bukankah faktanya begitu? Yang penting ucapan gembala itu didasarkan firman Tuhan dan bukan pendapat pribadinya.
Bagi orang tertentu, Gembala sering dianggap pribadi yang pas sebagai influencer untuk memasarkan sebuah produk entah barang atau jasa. Karena posisi gembala yang adalah “panutan” tentu orang akan mendengar dan percaya. Sebenarnya sah-sah saja mengajak gembala jadi influencer marketing sebuah produk. Tetapi sejatinya tugas utama Gembala harus jadi influencer firman Tuhan untuk membangun kerohanian jemaatnya.
Bagaimana spiritualitas gembala diwujudkan dalam Kehidupan

Bila Gembala kita anggap mampu menjadi influencer, bagaimana wujudnya ketika hal itu diaplikasikan dalam tugasnya memelihara kerohanian jemaat? Dalam buku “Gembala Sebagai Pemimpin Rohani” tulisan Pdt. DR. Daniel Ronda, yang diterbitkan oleh Kalam Hidup dijelaskan bahwa:
- Seorang pemimpin memberikan teladan dalam kedekatan dengan Tuhan.
- Pemimpin itu hidup dalam anugerah. Artinya, pemimpin tidak merasa bahwa dirinya sudah hebat, tetapi karena Tuhanlah yang telah mengangkatnya.
- Para pemimpin harus memiliki integritas, yaitu apa yang dikatakannya selaras dengan apa yang diperbuatnya.
- Pemimpin itu lebih dahulu memiliki relasi dengan Tuhan, bukan hanya berfokus pada ketaatan sehingga jatuh pada legalistik formal. Untuk itu, pemimpin harus meminta Tuhan agar menjamah hatinya sehingga karakternya menjadi seripa dengan Dia.
- Pemimpin itu memiliki komitmen yang sungguh dalam pelayanan. Itulah yang akan menghasilkan pertumbuhan gereja.
Yang pasti, spiritualitas yang diwujudkan dalam tindalan nyata itu akan berdampak jika dengan tulus dilakukan. Jika influencer marketing di dunia digital saja dampaknya sangat dahsyat, terlebih lagi gembala sebagai influencer yang modalnya bukan perkataan manusia tapi firman Tuhan, pasti dampaknya akan jauh lebih dahsyat.
Bambang Suprapto
Baca juga : Crazy Rich – Kehidupan Orang Kaya
1 Comment